Bank Banten Mengkilap di Permukaan, Tantangan Masih Mengintai
![]() |
| Bank Banten Mengkilap di Permukaan, Tantangan Masih Mengintai. |
Pandeglang - Wakil Gubernur Banten Achmad Dimyati Natakusumah memuji manajemen Bank Banten yang diklaim menunjukkan tren positif, setelah bank daerah itu mencatat laba bersih signifikan pada triwulan ketiga 2025.
Namun, di balik angka pertumbuhan yang menggiurkan, sejumlah pertanyaan kritis tetap muncul terkait fundamental bank dan prospek jangka panjangnya.
“Kinerja manajemen sudah bagus, sehingga Bank Banten mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat,” ujar Dimyati usai berkunjung ke kantor pusat Bank Banten di Serang, Selasa (18/11/2025).
Pernyataan ini seakan menegaskan bahwa kepercayaan publik menjadi indikator utama keberhasilan bank.
Dimyati juga menekankan pentingnya penyelesaian proses Kelompok Usaha Bank (KUB) antara Bank Banten dan Bank Jatim, yang menurutnya akan membuka jalan bagi penempatan Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) di Bank Banten.
Langkah ini, meski potensial menambah likuiditas, bisa menjadi pedang bermata dua. Penempatan RKUD di satu bank daerah meningkatkan risiko konsentrasi yang besar pada satu lembaga, yang berpotensi membebani kesehatan keuangan bank jika terjadi tekanan likuiditas.
Di sisi lain, Direktur Utama Bank Banten Muhammad Busthami memaparkan pertumbuhan aset, kredit, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mengesankan. Total aset per September 2025 tercatat Rp9,5 triliun, naik 24,15 persen dari tahun sebelumnya.
Kredit tumbuh menjadi Rp4,4 triliun, sementara DPK mencapai Rp4,2 triliun. Laba bersih ditargetkan meningkat dari Rp39,33 miliar menjadi Rp50 miliar.
Meski tren ini terlihat positif, namun Gross NPL Bank Banten masih 5,5 persen, di atas standar nasional 5 persen. Ini menandakan bahwa sebagian kredit berisiko, dan pertumbuhan agresif bisa berpotensi menimbulkan masalah kualitas aset di masa depan.
Selain itu, pertumbuhan yang selama ini dicapai banyak ditopang oleh strategi “Asset Buy” dan Take Over Kredit ASN, yang lebih bersifat ekspansi kuantitatif daripada penguatan fundamental bank.
Dorongan Dimyati agar Bank Banten menjadi pengelola keuangan daerah utama dan bahkan mengelola dana APBN di Banten menimbulkan pertanyaan, apakah bank sudah siap menghadapi kompleksitas manajemen dana publik yang lebih besar? Apakah tata kelola yang ada cukup matang untuk mencegah potensi risiko politik dan kredit bermasalah?
Bank Banten memang menunjukkan angka pertumbuhan yang menjanjikan, tetapi pertanyaan kritis tetap ada, Apakah lonjakan laba dan aset ini berkelanjutan?
Apakah kualitas kredit bisa ditekan ke level aman? Dan yang paling penting, apakah ekspansi ambisius bank ini dibarengi dengan manajemen risiko yang solid?
Sementara itu, publik Banten tentu berharap pertumbuhan Bank Banten bukan sekadar “gemerlap di permukaan”, tetapi benar-benar menjadi bank yang sehat dan berkelanjutan. (*/Red)

Posting Komentar untuk "Bank Banten Mengkilap di Permukaan, Tantangan Masih Mengintai"